Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR), kedua kata tersebut mungkin masih terdengar asing ditelinga kita, maklumlah teknologi tersebut belum terlalu populer di Indonesia, kalian yang merasa penasaran dengan kedua teknologi tersebutpasti mulai bertanya - tanya tentang pengertian, fungsi dan cara kerjanya. ok deh, gk usah lama - lama, langsung aja cekidot dibawah ini gan !!
Augmented Reality (AR)
Realitas tertambah, atau kadang dikenal dengan AR (augmented reality), adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata. Tidak seperti realitas maya (VR) yang sepenuhnya menggantikan kenyataan, realitas tertambah sekedar menambahkan atau melengkapi kenyataan.
Benda-benda maya menampilkan informasi yang tidak dapat diterima oleh pengguna dengan inderanya sendiri. Hal ini membuat realitas tertambah sesuai sebagai alat untuk membantu persepsi dan interaksi penggunanya dengan dunia nyata. Informasi yang ditampilkan oleh benda maya membantu pengguna melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam dunia nyata.
Realitas tertambah dapat diaplikasikan untuk semua indera, termasuk pendengaran, sentuhan, dan penciuman. Selain digunakan dalam bidang-bidang seperti kesehatan, militer, industri manufaktur, realitas tertambah juga telah diaplikasikan dalam perangkat-perangkat yang digunakan orang banyak, seperti pada telepon genggam.
Aplikasi advance, seperti Sixth Sense, game Play Station Eye of Judgement, atau aplikasi Kompas Augmented Reality, adalah tiga dari sekian banyak aplikasi AR yang tersebar di seluruh dunia. Selain aplikasi sains, AR juga digunakan dalam pendidikan, media pariwara, real-time building map, serta virtual museum.
Salah satu pustaka berbasis C/C++ yang sering digunakan sebagai framework untuk membangun aplikasi AR adalah ARToolKit. Pustaka ini dikembangkan oleh Dr. Hirokazu Kato, dan pengembangannya didukung oleh Human Interface Technology Laboratory (HIT Lab) di University of Washington-USA, HIT Lab NZ di University of Canterbury, New Zealand, and ARToolworks, Inc, di Seattle-USA. Aplikasi dasar yang tersedia dalam contoh program ARToolKit adalah proyeksi objek tiga dimensi (3D) pada sebuah card / marker \. Saat user menggerakkan marker, objek 3D yang terproyeksi di atas marker tersebut akan mengikuti gerakan marker, seolah-olah objek tersebut “tertempel” di atas marker. Salah satu kesulitan dalam pengembangan aplikasi AR adalah menentukan sudut pandang (viewpoint) dari user. Untuk menentukan sudut pandang user, kita harus mengetahui ke arah mana user melihat lingkungan nyata.
Virtual Reality (VR)dapat diartikan sebagai teknologi yang mampu menampilkan berbagai benda dan objek nyata yang dapat ditangkap oleh indera manusia untuk sepenuhnya menjadi benda atau objek yang virtual dalam bentuk dua atau tiga dimensi melalui layar komputer/monitor. Intinya VR menggantikan sepenuhnya kenyataan ke dalam bentuk maya.
Berbeda dengan VR yang sepenuhnya menggantikan kenyataan, AR mampu melakukan penambahan atau melengkapi kenyataan objek yang dipindai. Sehingga dengan demikian, setiap benda, objek atau lingkungan nyata yang ditangkap oleh kamera atau sensor piranti, oleh AR akan menampilkan informasi-informasi tambahan terkait dengan objek atau benda tersebut.
Sebagai contoh, misalnya ketika kita sedang berada di pusat keramaian, dengan menyorotkan kamera/sensor piranti mobile, maka akan langsung tampil di layar berupa informasi tempat, restoran, area hotspot dan sebagainya.
Saat ini pemanfaatan AR sudah sangat beragam, mulai untuk kepentingan mobile marketing seperti Point of Sales Advertising, Augmented Packaging, Augmented Magazine, QR Code, hingga Games. Termasuk Universitas Ahmad Dahlan juga sedang mengembangkan pemanfaatan teknologi AR untuk pengenalan objek tata surya.